Liputan6.com, Jakarta -
Masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan batik. Sangat mudah
menemukan pakaian yang telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya ini. Meski
begitu, masyarakat masih sulit membedakan mana batik asli ataupun palsu.
Untuk itu, Yayasan Batik Indonesia (YBI) tak henti
mengedukasi tentang batik untuk bisa mengenal mana batik printing dan batik
yang diproses melalui proses canting dan malam atau batik tulis.
Ini merupakan salah satu misi YBI yaitu, menyosialisasikan
tentang proses pembuatan batik dan batik asli bagi generasi muda khususnya,
agar lebih mencintai budaya membatik dengan mengenalkan teknik membatik yang
benar. Selain itu juga untuk mengenali batik dari sisi ragam hias dan
jenis-jenis batik yang diproduksi oleh perajin batik di berbagai daerah.
Untuk lebih memperluas cakrawala para anggota YBI, mereka
mengunjungi Rumah Batik Komar di
Bandung, Jawa Barat, Selasa, 25 Februari 2020. Di Rumah Batik Komar, nuansa
kayu dan tanaman hijau menyejukan mata untuk dipandang membuat siapapun yang
berkunjung akan merasa nyaman.
Beberapa pegawai terlihat begitu serius mengerjakan
kerajinan batik yang ada di depan mata. Ketua Yayasan Batik Indoneisa, Yanti
Airlangga mengatakan, kunjungan ini dilakukan karena untuk saling mengenalkan
antaranggota di kepengurusan yang baru ini.
"Kita ke sini datang untuk mendapatkan pengetahuan,
pembelajaran mengenai batik Indonesia dari para senior termasuk Pak
Komar," ucap Yanti di Rumah Batik Komar. Ia menjelaskan saat ini Yayasan
Batik Indonesia memperkenalkan tagar 'Batik Beneran', yaitu untuk mengetahui
proses pembuatan batik itu seperti apa. "Kita bersyukur bisa punya
kesempatan datang kesini dan dapat pelajaran yang tepat, walaupun saat ini
memang banyak teknologi batik baru," kata Yanti pada Liputan6.com.
Menurut istri Menteri Koordinator Perekonomian Indonesia,
Airlangga Hartarto ini, banyak masyarakat yang hingga sekarang masih belum
teredukasi bagaimana membedakan batik beneran dan batik bohongan.
"Membeli batik beneran ini akan membantu para pengrajin
dan memberikan motivasi bagi mereka untuk membuat batik baik cap maupun
tulis," tutur Yanti.
Ia menyayangkan batik print merajai pasar Indonesia, bahkan
harganya terkadang lebih mahal dari batik asli. Padahal, batik Indoneisa itu
memiliki motif yang lebih indah dan sulit untuk ditiru.
Batik Asli Tidak Mahal
Pemilik Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya dan Ketua
Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga
Pemilik Rumah Batik Komar, Komarudin Kudiya dan Ketua
Yayasan Batik Indonesia, Yanti Airlangga. (Liputan6.com/Henry)
Yanti menyebutkan keberadaan workshop yang diberikan Batik
Komar tentunya menjadi bakti kepada negara karena membantu mengenalkan batik
sejak 1998. Dalam kesempatan yang sama, pemilik Batik Komar, Komarudin Kudiya
mengatakan kehadiran Yayasan Batik Indonesia ke lokasi workshop Batik Komar
mampu menyemangati pengrajin seperti dirinya. Ia juga menjelaskan perbedaan
antara batik beneran dan batik yang dibuat dengan print kepada rombongan
pengunjung.
"Kalau batik print, belakang kainnya itu putih,
material yang digunakan juga polyester, di mana ketika dibakar akan menggumpal.
Ini beda dengan batik yang dibuat dari serat alam, ketika dibakar akan menjadi
abu," ungkapnya.
Namun, banyak orang yang belum teredukasi sehingga mudah
tertipu. Situasi itu membuat banyak orang yang membeli batik print yang justru
harganya lebih mahal dibandingkan batik canting. Padahal, harga dari batik asli
ini tidak semahal yang dikira. Tentunya masih terjangkau untuk berbagai
kalangan.
"Batik asli itu ketika membuat ragam hias menggunakan
lilin panas (malam). Ketika bertemunya canting dengan lilin panas dulu nenek
moyang kita menyebutnya dengan batik. Selain itu, batik juga mengacu pada SNI
(Standar Nasional Indonesia), yaitu batik itu harus menggunakan lilin panas
selain menggunakan lilin panas disebutnya tiruan batik," tutur Komar.
Di Rumah Batik Komar, pengunjung bisa melihat bagaimana
rumit dan lamanya proses yang harus dilakukan dalam membuat kain batik.
Tidak ada komentar: